12 Contoh Pakaian Adat Banten dan Penjelasannya

Provinsi Banten didominasi oleh kelompok Suku Baduy dalam dan Baduy Luar. Perbedaan paling mencolok dari budaya keduanya ialah mengenai pakaian. Alhasil, pakaian adat Banten pun cukup bervariasi.

Sebagian masyarakat Banten masih menggunakan baju adat untuk acara tradisional tertentu. Lalu, ada berapa macam baju adat Banten? Apa saja keunikannya? Pastikan kalian simak artikelnya sampai habis ya!

Nama Pakaian Adat Banten

1. Pakaian Adat Laki-Laki Baduy Dalam

Pakaian adat Suku Baduy dalam menggunakan pakaian lengan panjang berwarna serba putih. Desainnya sederhana, hanya ada lubang pada leher hingga dada. Baju adat ini tidak memakai kerah, kancing, atau kantong.

Cara memakainya harus dilekatkan pada badan atau disebut juga jamang sangsang. Keunikan lain terletak pada proses pembuatannya. Para penjahit wajib menggunakan tangan, tidak boleh menjahit dengan mesin.

2. Pakaian Adat Wanita Baduy Dalam

Pakaian wanita Suku Baduy Dalam mirip seperti sarung (samping hideung). Bentuknya berupa kain tenun berwarna hitam. Baju adat ini masih dipakai dalam keseharian lantaran budaya yang dianutnya.

Penjahitan dilakukan menggunakan tangan, tanpa mesin. Pada bagian sisi lebarnya dijahit sehingga menghasilkan pakaian adat Banten yang menyerupai sarung. Tujuannya untuk memudahkan pergerakan dan aktivitas.

3. Pakaian Adat Laki-Laki Baduy Luar

Dibandingkan Baduy Dalam, Suku Baduy Luar memiliki aturan berpakaian yang lebih longgar. Hal ini dipengaruhi oleh campuran dengan budaya luar. Mereka menggunakan mesin jahit dengan berbagai bahan baku kain. 

Laki-laki menggunakan baju kelelawar atau baju kampret karena karakter bajunya serba hitam. Agar terkesan unik, tampilannya dilengkapi dengan aksesoris ikat kepala bercorak batik yang warnanya biru tua. 

4. Pakaian Adat Wanita Baduy Luar

Untuk wanita di Suku Baduy Luar, pakaiannya mirip seperti sarung dengan warna biru kehitaman untuk menutupi dada hingga tumit. Ketika bepergian, mereka mengenakan kebaya, kain tenun, sarung, karembong, selendang, dan ikat pinggang.

Aksesoris mewah seperti cincin lebih sering digunakan. Kebanyakan perhiasan terbuat dari logam perak dan baja putih. Hal ini menunjukkan wanita Baduy Luar sudah lebih modern.

5. Pakaian Adat Pengantin

Pakaian adat Banten untuk pengantin mirip seperti pengantin sunda. Pada pria umumnya berupa baju koko dan kain sebagai bawahannya. Terdapat tambahan aksesoris seperti penutup kepala, sabuk, dan selop keris.

Untuk pengantin wanita menggunakan baju kebaya dan kain batik sebagai bawahannya. Aksesoris yang dipakai yaitu selendang pada bahu dan kembang goyang serta bunga melati pada bagian sanggul.

6. Pangsi

Pangsi atau dikenal juga dengan nama Salontreng merupakan pakaian hitam dengan celana senada. Panjang celananya mencapai mata kaki. Pakaian ini digunakan untuk keseharian, bekerja, bahkan hingga aktivitas bela diri.

Pakaian adat Pangsi ini memiliki makna khusus. Pada bagian kancing melambangkan rukun iman dan rukun islam. Itu berarti pemakainya diharapkan memiliki keyakinan dan pendirian yang teguh serta selalu rendah hati.

7. Kain Jamang

Kain Jamang merupakan pakaian adat Banten berupa kain tenun polos berwarna putih. Jenis kain tenun ini digunakan sebagai atasan. Penggunaannya lebih banyak ditemukan pada Suku Baduy Dalam.

Pemakaiannya disampirkan ke badan karena tidak memiliki kancing, hanya terdapat lubang pada bagian leher. Adapun bawahannya menggunakan sarung berwarna hitam yang diikat ke pinggang.

8. Kain Samping Hideung

Kain tenun jenis Samping Hideung berwarna hitam. Biasanya digunakan sebagai bahan dasar membuat berbagai pakaian oleh Suku Baduy Luar. Sebagian besar penggunanya merupakan kaum wanita.

Menggunakannya cukup mudah yaitu menggunakan samping dari pinggang hingga mata kaki. Kedua ujungnya perlu diikat simpul di pinggang kiri atau kanan sehingga kain tidak melorot.

9. Kain Samping Aros

Pakaian adat Banten lainnya yang berasal dari kain tenun yaitu kain Samping Aros. Warnanya hitam dengan tekstur garis-garis putih. Kain ini cenderung digunakan oleh laki-laki di Suku Baduy Dalam.

Selain untuk memenuhi kebutuhan sandang sehari-hari, kain ini juga menjadi identitas khas masyarakat Baduy. Makna lain ditandai dengan warna putih pada Suku Baduy Dalam dan hitam pada Baduy Luar.

10. Kain Susuwatan

Susuwutan berbentuk selendang panjang dengan motif kotak-kotak. Penggunaannya ditujukan bagi laki-laki Suku Baduy Luar. Tidak ada aturan khusus untuk menentukan bahan, warna, dan ukuran kainnya.

Berbagai motif dikreasikan dalam dua warna, yaitu hitam dan putih. Penggunaan warna ini diarahkan atas dasar kepatuhan terhadap leluhur. Namun pada Baduy Luar lebih bervariasi seperti warna merah, hijau, kuning, dan sebagainya.

11. Kain Samping Suat

Samping Suat merupakan jenis kain tenun dengan motif yang berkembang dari kain susuwatan. Sebagian motifnya geometris, tetapi ada juga yang kotak-kotak saja. Meski begitu, tidak ada aturan khusus mengenai penggunaan kainnya.

Beberapa motif yang dihasilkan diantaranya motif suat samanta, balimbingan, mata baru, dan songket. Perbedaan motif mempengaruhi warna yang digunakan, tetapi hanya hitam atau putih saja.

12. Baju Adat Banten Modern

Meskipun memiliki pakaian adat Banten, masyarakatnya tetap beradaptasi dengan perkembangan budaya saat ini. Baju adat modern umumnya digunakan untuk acara pernikahan yang terdiri atas baju adat pria dan wanita.

Penekanan pada aspek modern terletak pada jenis aksesorisnya. Misalnya selendang, mahkota pada sanggul, dan lainnya. Tujuannya untuk mempercantik tampilan meskipun model dan motif baju sama dengan baju adat sebelumnya.

Itu dia pakaian adat Banten yang hingga kini masih dilestarikan. Bahkan, beberapa jenis baju adatnya digunakan sehari-hari. Semoga dengan pembahasan ini mampu menambah pengetahuan dan minat mempelajari budaya daerah.

Leave a Comment