Beragamnya rumah adat Jawa Tengah yang ada menjadi bukti kekayaan budaya yang dimiliki. Memiliki filosofi dan arsitektur klasik adalah ciri khas setiap rumah adat.
Secara umum, rumah adat Jawa Tengah dibangun oleh masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Dan dalam proses pembangunannya tidak dilakukan secara sembarangan.
Diantara aspek yang sangat diperhatikan dalam membangun rumah adat ini adalah arah, kerangka, letak rumah, posisi pintu hingga ukuran.
Rumah Adat Jawa Tengah
1. Rumah Adat Limasan
Rumah Adat Limasan adalah salah satu desain arsitektur tradisional Jawa Tengah. Bahkan, rumah ini telah ada sejak zaman nenek moyang dan masih dilestarikan.
Fungsinya bukan saja sekedar rumah, namun ada nilai dan makna yang terkandung di dalamnya. Proses pembuatannya pun dilakukan dengan pedoman yang sudah ditentukan.
Rumah ini diberi nama Limasan karena memiliki model limas atau persegi panjang. Di dalamnya ada dua atap yang dikenal dengan cocor dan kejen.
Ditambah lagi dengan dua atap berbentuk jajar genjang yang dikenal dengan Bronjong. Memang, secara detail pembuatan struktur rumah ini terkesan rumit.
2. Rumah Adat Tajug
Berbeda dengan rumah Limasan yang digunakan kalangan atas, rumah Tajug digunakan sebagai rumah ibadah masyarakat Jawa Tengah. Bangunan ini terdiri dari dua langgar yang bertemu (tanpa pananggap).
Bentuk rumahnya adalah bujur sangkar. Beberapa bentuk aslinya masih kerap dijumpai saat ini. Berbeda dengan masjid yang berbentuk kubah, desain atap rumah adat Tajug adalah piramida.
Desain tersebut merupakan hasil konstruksi sosial masyarakat setempat. Pada awalnya, Tajug hanya berbentuk Cungkup atau Punden, namun kemudian mengalami perkembangan.
Sekilas, bentuk rumah adat Tajug mirip dengan rumah Joglo. Kesamaan tersebut dapat dilihat dari bentuk atap brunjung tinggi dengan desain bujur sangkarnya.
Meski demikian, keduanya memiliki perbedaan. Rumah adat Tajug memiliki desain atap berbentuk segitiga lancip.
3. Rumah Adat Kampung
Rumah adat Jawa Tengah selanjutnya adalah rumah adat Kampung. Rumah ini dulunya biasa dibangun untuk kalangan rakyat biasa. Desain rumahnya berbentuk persegi panjang dengan dua buah tiang pada atap.
Sementara sisi bagian sampingnya ditutup dengan tutup keyong. Rumah adat Kampung memiliki desain yang sangat sederhana. Memiliki empat buah tiang di bagian tengah dan dua tiang pengikat.
Fungsi dari dua tiang tersebut adalah sebagai tempat bersandar atap rumah adat tersebut. Umumnya, rumah adat Kampung dibangun oleh kalangan masyarakat pedesaan.
Meski demikian, zaman dulu rumah jenis inilah yang paling banyak dibangun. Namun, seiring berjalannya waktu hanya masyarakat berstatus ekonomi sosial rendah yang memilikinya.
4. Rumah Adat Panggang Pe
Dibandingkan dengan rumah adat Kampung, keunikan rumah adat Jawa Tengah Panggang Pe ini memiliki desain yang lebih sederhana lagi.
Hanya dibangun dengan desain rumah dasar yang simple. Rumah ini umum digunakan sebagai tempat untuk berlindung dari gangguan angin, panas matahari hingga hujan.
Rumah adat Panggang Pe memiliki beberapa tiang pokok berjumlah empat atau enam. Tiang tersebut berbentuk sederhana yang dikenal dengan Saka. Sementara di sekeliling bangunan dilapisi dengan dinding-dinding.
Fungsi dari dinding tersebut adalah untuk pelindung udara luar. Atap yang dimiliki bangunan ini hanya satu sisi. Orang Jawa Tengah umum menggunakannya sebagai warung, pos kamling atau pos jaga. Sehingga, akan cenderung ramai di saat malam hari.
5. Rumah Adat Joglo
Ini adalah rumah adat yang paling populer di Jawa Tengah. Desain dan sejarah rumah Joglo terkesan unik dan menarik. Di dalamnya ada atap tinggi yang disangga oleh empat tiang bernama Soko Guru.
Ukuran bangunan rumah Joglo memang paling besar dibandingkan dengan rumah tradisional Jawa Tengah yang lain. Hal itu disebabkan karena biasanya rumah ini dibangun oleh kalangan menengah atas atau biasa dikenal dengan bangsawan.
Dimana rakyat biasa tidak mampu membangun rumah ini karena membutuhkan bahan banyak dan lahan yang lebih luas. Di samping itu, bentuk atap rumah ini juga cukup rumit.
Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman, semua kalangan masyarakat bisa membangun rumah adat jenis ini. Yang terpenting sesuai dengan minat, kemampuan dan kenyamanan pemilik rumah.
Kumpulan rumah adat lainnya!
Bagian Penting Rumah Adat Jawa Tengah
Ada aturan khusus dan bagian yang wajib ada di dalamnya. Bagian-bagian tersebut adalah Omah, Dalem, Pendopo, Senthong dan Peringgitan. Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Omah
Omah, merupakan bagian utama dari rumah adat Jawa Tengah. Berasal dari kata Astro Indonesia yang bermakna rumah. Berbentuk bangunan persegi khusus. Sementara bagian atapnya berbentuk Limasan atau Joglo. Kemudian ditambah dengan lantai yang dibuat tinggi.
2. Dalem
Dalem, adalah bangunan khusus dan tertutup yang dibagi menjadi beberapa bagian. Biasanya, Dalem difungsikan untuk membedakan bagian rumah yang depan dan belakang. Namun, khusus untuk rumah Joglo, Dalem menjadi pembeda antara rumah depan, tengah serta belakang.
3. Pendopo
Pendopo, juga dikenal dengan nama paviliun. Adalah sejenis bangunan yang letaknya di depan rumah utama. Fungsi dari bagian rumah ini adalah untuk sambutan tamu, pelaksanaan kegiatan sosial hingga pagelaran adat. Atap yang digunakan pada pendopo adalah Joglo.
4. Senthong
Senthong, adalah bagian dari rumah adat Jawa Tengah yang paling belakang. Di dalamnya ada tiga jenis ruang tertutup. Sisi paling timur digunakan untuk penyimpanan alat tani, paling barat digunakan untuk menyimpan hasil panen, dan bagian tengah untuk tempat tidur pasangan baru.
5. Peringgitan
Peringgitan, ini adalah bangunan khusus yang menjadi penghubung antara Omah dengan Pendopo. Bangunan tersebut dilengkapi dengan atap Limasan atau Kampung. Difungsikan sebagai tempat ringgit atau tempat bermain wayang.
Jika diperhatikan, rumah adat Jawa Tengah memang memiliki nuansa yang sangat kental dengan keraton. Sehingga, nilai-nilai dan makna di dalamnya sangat dijunjung tinggi. Bahkan, tetap dijaga dan dilestarikan hingga hari ini. Seperti rumah adat Joglo yang tetap populer dan menawarkan daya tarik tersendiri.