Pada umunya, masyarakat Indonesia mengatehui rumah adat Papua hanya Honai saja. Karena informasi yang beredar di media kerap memngulas rumaha dat tersebut.
Padahal ada banyak rumah lain yang juga tidak kalah menarik. Setidaknya dalam ulasan ini ada lima rumah adat yang berada di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Karakteristik yang menonjol dari rumah tradisional Papua adalah atapnya yang berbentuk bulat dengan penutup yang terbuat dari jerami. Dan secara umum, desain satu sama lain terlihat mirip.
Gambar Rumah Adat Papua
1. Rumah Adat Kariwari
Rumah adat kariwari umum ditemukan di kawasan Danau Sentani, Jayapura dan merupakan bangunan khas milik suku Enggros dan Tobati asli. Rumah adat tersebut berfungsi sebagai tempat khusus belajar. Terlebih untuk para anak laki-laki.
Di bangunan ini, mereka diajarkan bagaimana cara mencari nafkah dan menjalani kehidupan. Karakteristik utama dari bangunan rumah adat Kariwari adalah atapnya yang berbentuk kerucut dan menjulang tinggi ke langit.
Ada berbagai material yang digunakan untuk pembuatannya, seperti kayu dan jerami. Meski demikian, ada juga yang sudah memodifikasi menjadi lebih modern dengan memakai atap khusus.
Rumah adat kariwari memiliki tiga jenis tingkatan, berikut rincian dan fungsinya:
- Tingkat Tiga, difungsikan sebagai tempat untuk berdoa atau meditasi.
- Tingkat Dua, terletak di lantai dua sebagai tempat pertemuan untuk para sesepuh atau petinggi suku.
- Selanjutnya tingkat Pertama, berfungsi sebagai tempat belajar anak laki-laki.
2. Rumah Adat Honai
Rumah adat Papua yang selanjutnya adalah rumah adat Honai. Rumah adat ini banyak ditemukan di kawasan pegunungan atau lembah Papua.
Menariknya, rumah adat satu ini hanya dibangun oleh laki-laki dewasa yang berasal dari Suku Dani. Selain itu, hanya laki-laki dari golongan tersebut yang boleh menghuninya.
Rumah adat Papua Barat ini umumnya memiliki ukuran cukup luas, yakni 5 meter dengan tinggi 2,5 meter. Meski demikian, pintu keluar masuknya hanya satu tanpa ada jendela. Pembangunan rumah adat Honai harus dihadapkan ke matahari terbit dan matahari tenggelam.
Ada tiga tingkatan rumah yang masing-masing memiliki kegunaannya tersendiri. Berikut rinciannya:
- Tingkat Dasar, digunakan untuk menyimpan jasad dari masyarakat yang telah diawetkan. Dan jasad tersebut telah menjadi mumi.
- Lantai Dua, adalah tempat untuk menerima tamu khusus laki-laki saja.
- Lantai Paling Atas, merupakan tempat untuk tidur dengan alas berbahan jerami.
Kumpulan rumah adat lainnya!
3. Rumah Adat Rumsram
Dari segi bentuknya, rumah adat Rumsram cenderung berbeda dengan rumah adat Papua yang lain. Rumah ini umum ditemukan di kawasan Papua Timur.
Karakteristiknya seperti rumah panggung yang memiliki atap khusus, sehingga bentuknya mirip kapal. Masyarakat dari suku Biak Numfor lah yang kerap menghuninya.
Rumah adat Papua Timur ini memiliki ketinggian hingga mencapai delapan meter. Untuk fungsinya, rumah adat Rumsram digtempati oleh anak laki-laki suku Biak yang sedang belajar, seperti belajar memahat atau perang.
Untuk pembangunannya, rumah ini menguunakan bahan utama berupa bambu dan kayu. Sedangkan untuk pembuatan atapnya menggunakan daun sagu.
Secara umum, rumah adat Rumsram memiliki dua lantai dengan fungsi yang berbeda, yakni:
- Lantai Satu, dibuat dengan ukuran cukup luas untuk tempat belajar.
- Lantai Dua, digunakan untuk tempat tidur atau istirahat.
4. Rumah Adat Papua Ebei
Rumah adat Ebei adalah rumah khusus yang menjadi tempat tinggal para perempuan dan anak-anak, termasuk anak laki-laki. Umumnya, dibangun di sebelah rumah adat Honai.
Selain itu, rumah ini juga kerap digunakan berhubungan privasi pasangan suami istri. Desain dari rumah adat Ebei tidak jauh berbeda dengan rumah adat Honai. Namun, ukurannya dibuat melebar ke samping dan relatif lebih pendek.
Para perempuan menggunakan rumah ini untuk melakukan semua kegiatan rumah tangga, termasuk memasak dan mengajarkan anak-anak mengenai kehidupan.
5. Rumah Adat Wamai
Rumah adat Papua yang terakhir adalah rumah adat Wamai, bangunan ini biasa difungsikan untuk memelihara hewan ternak. Dengan alasan tersebut, biasanya rumah ini dibangun oleh suku yang sehari-hari menjalani kegiatan sebagai peternak.
Ciri khas rumah adat khas Papua ini adalah memiliki bentuk kerucut, dan ukuran yang dimiliki berbeda-beda tergantung jumlah ternak yang dimiliki.
Akan tetapi, tinggi rumah adat Wamai hampir sama dengan rumah adat Ebei. Letaknya sendiri juga tidak tetap, ada yang membangunnya dekat dengan tempat tinggal. Ada pula yang meletakkan cukup jauh dari rumah.
Dari penjelasan singkat mengenai keberagaman rumah adat Papua ini, sebagai warga negara Indonesia harus bersyukur dengan keragaman dan kekayaan yang dimiliki bangsa ini.
Tanpa menilai dari segi bentuk, bahan dan desain yang dimiliki oleh masing-masing daerah, keberagaman ini menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia bangga dengan adat istiadat serta kebudayaan yang dimiliki.