Suku-suku di pulau Bali dan Nusa Tenggara sangatlah beragam. Bahkan, masing-masing suku memiliki adat istiadat, kebudayaan yang berbeda-beda.
Kenapa dalam bahasan ini suku di dua pulau tersebut digabungkan? Pertanyaan ini menarik untuk dijawab. Jawaban paling mendasar secara geografis keduanya berdekatan.
Pada awal kemerdekaan Indonesia, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk dalam provinsi Sunda Kecil yang ibu kotanya adalah Singaraja.
Suku-suku di Pulau Bali dan Nusa Tenggara
1. Suku Bali
Suku Bali adalah suku yang paling besar di pulau Bali. Bisa dikatakan masyarakat yang tinggal di pulau Bali umumnya adalah suku ini. Karya seni sangat melekat dengan Suku Bali.
Ada beberapa panggilan yang disematkan untuk Suku Bali, diantaranya Anak Bali, Wong Bali dan Krama Bali. Mayoritas suku ini beragama Hindu.
Selain itu, suku Bali juga memiliki sub-suku, dimana penduduknya merupakan asli dari pulau Bali. Yaitu suku Bali Aga dan suku Bali Majapahit.
Suku Bali Aga memiliki arti Bali pegunungan, karena beredaan suku tersebut di desa Trunyan. Sedangkang Suku Bali Majapahit adalah orang dari kerajaan Majapahit yang memilih tinggal di pulau Bali.
2. Suku Loloan
Suku Loloan adalah komunitas yang tinggal di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Penduduknya menyebar di beberapa desa seperti Pengembangan, Candi Kusuma, Tuwed dan lainnya.
Mayoritas suku Loloan beragama Islam dan terbilang taat. Suku ini dikenal juga sebagai suku Melayu Bali atau Melayu Loloan. Mereka hidup di lingkungan yang mayoritas beragama Hindu.
Dalam urusan budaya, suku Loloan juga memiliki ciri khas yang menjadi pembeda dengan suku lain. Misalnya memiliki rumah adat bernama rumah Panggung.
Selain itu suku Loloan juga mengenakan Awik, sebuah kain kecil sebagai penutup kepada dan badan. Ini sudah menjadi tradisi yang ada di Komunitas Guyub Melayu Bugis Loloan.
3. Suku Nyama Selam
Nyama Selam adalah sebuat bagi masyarakat muslim yang telah mencampurkan budaya Bali dalam keseharian mereka. Arti nama Nyama adalah saudara, dan Selam berarti Islam.
Kelompok ini menempati wilayah Pagayaman, Kecamatan Sukssada, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Desa ini masih termasuk daerah terpencil.
Pencampuran kebudayaan tersebut bisa dilhat dari penggunaan nama. Masyarakat Nyama Selam menggunakan nama seperti Nyoman dan Ketut namun dipadukan dengan nuansa Islam.
4. Suku Sasak
Suku Sasak adalah suku yang mendiami pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kata Sasak sendiri berasal dari kata Sak Sak yang memiliki arti Satu Satu.
Mayoritas Suku Sasak memeluk agama Islam yang pada mulanya mereka menyembah roh, kemudian menganut agama Hindu dan selanjutnya memeluk agama Islam.
Masyarakat dari suku ini terkenal dengan keahlian menenun, yang dalam bahasa Lombok biasa disebut Sesek (Sesak). Menariknya, wanita disana boleh menikah jika bisa menenun.
Selain itu ada budaya Suku Sasak yang unik dalam pernikahan yaitu merarik. Saat akan menikah, calon mempelai perempuan harus dilarikan ke keluarga laki-laki
Kumpulan artikel menarik lainnya!
5. Suku Donggo
Suku Donggo adalah suku yang tinggal di sebagian wilayah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Suku Donggo menggunakan bahasa yang bernama Mbojo.
Mayoritas suku ini memeluk agama Islam, dan sebagiannya lagi menganut agama Kristen. Terdapat juga masyarakat yang masih mempercayai hal ghaib seperti Dewa Langit, Dewa Air dan Dewa Angin.
Umumnya masyarakat suku ini berprofesi sebagai petani yang bercocok tanam di ladang dengan sistem tebas bakar (Ngoho). Selain itu, mereka juga berburu yang dilakukan seminggu atau sebulan sekali.
6. Suku Dompu
Saat menjawab pertanyaan atau perintah “Sebutkan suku bangsa yang ada di Nusa Tenggara”, salah satu yang mudah diingat adalah suku Dompu. Dan tentu saja jawaban ini benar.
Suku Dompu adalah suku yang tinggal di pulau Sumbawa tepatnya di wilayah kabupated Dompu, Nusa Tenggara Barat. Persebarannya ada di 4 kecamatan.
Kecamatan tersebut meliputi, Kecamatan Huu, Dompu, Kempo dan Kilo. Sebagian besar masyarakat ini berprofesi sebagai petani, menanam tanaman pangan, berkebun dan nelayan.
Seiring berjalannya waktu, tidak sedikit juga mereka bekerja sebagai pegawai, pedagang dan beternak. Sedangkan agama mayoritas adalah Islam, lainnya Katolik, Kristen, Hindu dan Buddha.
7. Suku Sumbawa
Suku Sumbawa atau yang biasa dikenal dengan nama Samawa ini tinggal di wilayah Barat dan Tengah di pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Semawa dengan beberapa dialeknya. Yang paling terkenal adalah dialek Semawa, Taliwang, Baturotok, Batulante dan lainnya.
Masyarakat Suku Sumbawa mayoritas menganut agama Islam. Terdapat juga sebagian yang masih percaya bahwa penyakit ada karena makhluk halus dan harus diobate oleh sandro atau tabib.
Sedangkan untuk mata pencaharian yang dilakukan umumnya bercocok tanam di ladang, sawah, berburu, menangkap ikan dan meramu hasil hutan.
8. Suku Bima
Suku Bima atau yang dikenal dengan sebutan Duo Mbojo ini tinggal di dataran rendah wilayah Kabupaten Bima, Sangiang dan Donggo yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Bahasa yang digunakan suku ini bernama Melayu Polynesia dengan dialeknya yang bernama Bima, Bima Donggo dan Sangiang. Mayoritas suku Bima beragama Islam.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup, suku Bima banyak berprofesi sebagai petani bahkan daerah ini pernah menjadi segitiga emas pertanian bersama Makassar dan Ternate pada masa kesultanan.
9. Suku Alor
Suku Alor adalah suku bangsa Indonesia yang tinggal di daratan pulau Alor, Pantar dan beberapa pulau kecil lainnya. Sekarang daerah ini masuk ke dalam wilayah pulau Nusa Tenggara Timur.
Ada beberapa ciri fisik yang mudah dikenali dari suku Alor. Mereka memiliki tubuh yang relatif pendek, memiliki bahu lebar, berkulit hitam dan rambut keriting.
Untuk bahasa suku Alor yang digunakan sangatlah beragam. Karena memiliki banyak bahasa dan dialek seperti Deing, Belagar, Danebang, Mauta, Lemma, Abui, Alor, Kabola dan masih banyak lagi.
Mayoritas suku ini memeluk agama Islam, Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Ada sebagian kecil juga yang masih menganut kepercayaan animisme.
10. Suku Manggarai
Daftar suku-suku di pulau Bali dan Nusa Tenggara berikutnya adalah Suku Manggarai. Suku ini tinggal di bagian Barat pulau Flores yang ada di Nusa Tenggara Timur.
Persebarannya ada di beberapa kabupaten yang meliputi Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai Timur dan Manggarai. Suku ini juga memiliki sub-suku atau suku kecil dan klan.
Sebagian besar penduduk Suku Manggarai memeluk agama besar, di Kedaulatan Timur agama Katolik, Utara, Barat dan Selatan beragama Islam.
Suku Manggarai juga dikenal dengan ritualnya yang bernama Penti Manggarai, Barong Lodok, Barong Wae dan beberapa nama lainnya.
Setelah membaca uraian tentang suku-suku di pulau Bali dan Nusa Tenggara ini, kita semakin mengetahui akan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.
Selain sumber daya alam yang melimpah ruah, keberagaman budaya yang ada di Indonesia tidak kalah banyaknya. Meskipun berbeda, semuanya bisa berbaur dengan baik.
Referensi
- Melalatoa, Muhammad Junus (1995). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia: Jilid L-Z. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
- Tim Sosiologi (2007). Sosiologi 2 Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudisthira
- Rachmat (2009). Ringkasan Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Grasindo
- Komandoko, Gaman (2010). Esiklopedia Pelajar dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
- Wikipedia.org. Suku Bali. Diakses pada 01 Januari 2020, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bali
yeah